Aku ingin periksa ke rumah sakit, namun rumah sakit ramai. Bolehkah ditunda dulu?

Apabila merasa gejala anda ringan atau merasa tidak berkontak dengan kasus suspek / probable  / pasien konfirmasi positif COVID-19, pemeriksaan boleh ditunda. Namun, ada beberapa tanda bahaya yang perlu diperhatikan seperti tertera pada artikel sebelumnya. Bila muncul tanda bahaya, segera ke rumah sakit (apabila memungkinkan, RS pusat rujukan COVID-19).

Apakah ada cara untuk memeriksa diri sendiri secara online?
Ada beberapa layanan yang dapat digunakan untuk memeriksakan diri anda secara mandiri, dan menentukan perlukah anda pergi ke rumah sakit atau tidak. Salah satunya adalah aplikasi EndCorona dari FKUI yang telah tersedia untuk perangkat Android dan iOS. Jadi, gunakanlah aplikasi tersebut dengan bijak untuk memeriksakan diri secara mandiri (self-assessment).

Bagaimana diagnosis COVID-19 ditegakkan?

Simak ringkasan mengenai penegakan diagnosis COVID-19 berikut ini:




Diagnosis COVID-19 disusun berdasarkan data gejala klinis, data pemeriksaan laboratorium terutama pemeriksaan mikrobiologi, dan pemeriksaan radiologis. Untuk menyatakan seseorang positif terinfeksi virus Sars-CoV-2 harus dibuktikan dengan pemeriksaan laboratorium RT-PCR. Selain itu, pemeriksaan rapid test antigen juga dapat dilakukan.

Pemeriksaan RT-PCR merupakan pemeriksaan untuk mendeteksi materi genetik (molekular) virus Sars-CoV-2 pada spesimen yang berasal dari apusan (swab ) tenggorok, dahak (sputum), atau aspirat saluran napas bawah.

Seiring dengan perkembangan kasus COVID-19, pemeriksaan rapid test antigen sudah dapat digunakan sebagai metode diagnosis COVID-19.

Derajat keparahan COVID-19 ditentukan oleh gejala yang pasien alami, sebagai berikut:

Tanpa Gejala 
Kondisi ini merupakan kondisi paling ringan. Pasien tidak ditemukan gejala.

Ringan
Gejala yang muncul seperti demam, batuk, fatigue, anoreksia, napas pendek, mialgia. Gejala tidak spesifik lainnya seperti sakit tenggorokan, kongesti hidung, sakit kepala, diare, mual dan muntah, penghidu (anosmia) atau hilang pengecapan (ageusia) yang muncul sebelum onset gejala pernapasan juga sering dilaporkan.

Sedang

Pada pasien remaja atau dewasa: pasien dengan tanda klinis pneumonia (demam, batuk, sesak, napas cepat) tetapi tidak ada tanda pneumonia berat termasuk SpO2 > 93% dengan udara ruangan ATAU Anak-anak: pasien dengan tanda klinis pneumonia tidak berat (batuk atau sulit bernapas + napas cepat dan/atau tarikan dinding dada) dan tidak ada tanda pneumonia berat).

Kriteria napas cepat : usia <2 bulan, ≥60x/menit; usia 2–11 bulan, ≥50x/menit ; usia 1–5 tahun, ≥40x/menit ; usia >5 tahun, ≥30x/menit.

Berat

Pada pasien remaja atau dewasa: pasien dengan tanda klinis pneumonia (demam, batuk, sesak, napas cepat) ditambah satu dari: frekuensi napas > 30 x/menit, distres pernapasan berat, atau SpO2 < 93% pada udara ruangan.

ATAU

Pada pasien anak: pasien dengan tanda klinis pneumonia (batuk atau kesulitan bernapas), ditambah setidaknya satu dari berikut ini:

  • Sianosis sentral atau SpO2 < 93%;

  • Distres pernapasan berat (seperti napas cepat, grunting, tarikan dinding dada yang sangat berat);

  • Tanda bahaya umum: ketidakmampuan menyusu atau minum, letargi atau penurunan kesadaran, atau kejang.

  • Napas cepat/tarikan dinding dada/takipnea: usia <2 bulan, ≥60x/menit; usia 2–11 bulan, ≥50x/menit; usia 1–5 tahun, ≥40x/menit; usia >5 tahun, ≥30x/menit.

Kritis
Pasien dengan Acute Respiratory Distress Syndrome (ARDS), sepsis dan syok sepsis, atau kondisi lainnya yang membutuhkan alat penunjang hidup. 

Pasien dapat melakukan isolasi mandiri bila memenuhi kriteria berikut:




Pasien dengan derajat keparahan SEDANG hingga KRITIS perlu menjalani isolasi di rumah sakit / fasilitas kesehatan untuk mendapatkan terapi dan monitoring lebih lanjut.

Pelajari lebih lanjut:
  1. Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia tentang Penggunaan Tes Cepat Antigen dalam Pemeriksaan Coronavirus Disease 2019 (COVID-19). 2023.


Last modified: Saturday, 1 July 2023, 11:41 AM