Penyebab COVID-19

Silahkan simak video Dr. dr. Erlina Burhan, SpP(K), MSc mengenai apa itu COVID-19 dan penyebabnya.

Coronavirus Disease (COVID-19) adalah penyakit pernapasan yang disebabkan oleh virus SARS-CoV-2. Jadi, COVID-19 adalah nama penyakitnya, sedangkan SARS-CoV-2 adalah virus yang menyebabkan, seperti AIDS adalah nama penyakit yang disebabkan oleh virus HIV. 


Gambar 1. Struktur virus korona


SARS-CoV-2 adalah virus yang masuk kedalam keluarga Coronavirus. Virus dalam keluarga ini tersusun atas protein (disebut kapsid) yang dibungkus dengan lemak (disebut envelope). Pada bungkusnya ini ditemukan berbagai protein yang diperlukan bagi virus untuk menempel dan menginfeksi tubuh kita. Bungkus yang berasal dari lemak inilah yang jadi alasan kenapa penting untuk selalu mencuci tangan dengan sabun. Seperti ketika mencuci mencuci piring yang berlemak, atau cuci tangan yang berminyak setelah makan gorengan, penggunaan air saja tidak akan membersihkan lemak-lemak tersebut karena air tidak dapat melarutkan lemak. Sabun memiliki kemampuan untuk melarutkan dan menghanyutkan lemak ketika dibilas, termasuk lemak yang menyusun bungkus dari SARS-CoV-2. 

Oleh karena itu, cuci tangan menggunakan air mengalir dan sabun masih menjadi senjata utama upaya pencegahan COVID-19.


Sebagai suatu keluarga virus, coronavirus memiliki banyak anggota yang tersebar dimana - mana. Virus dalam keluarga ini ditemukan sebagai virus yang menginfeksi berbagai spesies mamalia, seperti kelelawar dan trenggiling. Pada manusia sendiri ada beberapa anggota coronavirus  yang menyebabkan penyakit yang berbeda – beda. Mulai dari batuk pilek biasa, hingga penyebab wabah SARS dan MERS yang terjadi beberapa tahun lalu. Sebagaimana asal–usul virus SARS dan MERS, SARS-CoV-2 juga berasal dari hewan dan menginfeksi manusia. Proses “lompat”nya virus dari hewan hingga bisa menginfeksi manusia ini disebut sebagai “zoonosis.”

Penelitian terbaru oleh Kristian G Andersen dari Scripps Research Institute di Amerika telah membuktikan, tidak ada bukti bahwa virus SARS-CoV-2 berasal dari rekayasa genetika manusia. Dalam penelitian tersebut, gen virus SARS-CoV-2 dibandingkan dengan gen coronavirus  lain yang berasal dari hewan mamalia lain. Gen virus penyebab COVID-19 ini diketahui sangat mirip dengan coronavirus pada kelelawar dan trenggiling sehingga rute yang paling memungkinkan sebagai asal virus ini adalah melalui hewan tersebut. Dalam penelitian tersebut juga disebutkan bahwa tidak ditemukan ciri genetik dari suatu virus yang direkayasa genetika oleh manusia.

Nah, setelah mengenal virus ini, mari kita mengenal COVID-19 lebih dalam pada artikel – artikel selanjutnya.




Gejala Klinis COVID-19

Setelah berbelanja di pasar, malamnya Anda merasa batuk – batuk. Tetangga Anda yang Anda temui di pasar pagi ini mengaku malam ini dirinya diare walau tidak memakan makanan pedas. Ayah Anda yang tinggal serumah merasa demam, namun tidak batuk. Anda bertanya, siapakah yang mungkin terkena COVID-19? Jawabannya: bisa jadi semuanya, bisa jadi tidak ada yang terkena, bisa jadi salah satu saja.

The Great Imitator

Orang yang terkena COVID-19 dapat menunjukkan gejala yang bermacam – macam dan tidak spesifik, karenanya COVID-19 dijuluki sebagai “the great imitator” karena gejalanya yang menyerupai penyakit lain. Keparahan gejala yang muncul juga dapat berbeda – beda. Ada penderita yang memerlukan perawatan di ruang ICU, namun ada juga penderita dengan gejala ringan yang hanya memerlukan perawatan di ruang rawat biasa. Karena itu, penting untuk mengetahui gejala apa saja yang mungkin muncul pada penderita COVID-19

Berdasar penelitian di Wuhan, diketahui bahwa gejala tersering COVID-19 adalah batuk yang ditemukan pada 69% penderita. Batuk ini seringkali merupakan batuk kering, namun batuk berdahak juga mungkin terjadi (munculnya dahak ditemukan pada 34% pasien). Sebanyak 44% penderita mengalami demam, mulai dari demam ringan dengan suhu 37,5 – 38°C hingga demam yang lebih berat dengan suhu diatas 38°C. Sebesar 38% penderita merasakan lemas pada tubuhnya. 19% penderita merasakan sesak napas/napas pendek–pendek dibandingkan biasanya. Gejala–gejala ini termasuk yang paling sering ditemui pada pasien COVID-19.

Ada beberapa gejala lain yang dapat ditemui juga pada penderita COVID-19. Pegal linu atau nyeri otot ditemukan pada 15% penderita. Sakit atau radang tenggorokan diderita oleh 14% pasien, begitu juga dengan sakit kepala. Rasa menggigil dapat ditemukan pada 12% penderita. Gejala terkait saluran pencernaan juga dapat ditemui berupa mual muntah (5%) dan diare (4%). Hidung mampet dapat ditemui pada 5% kasus. Penderita yang memiliki penyakit penyerta, seperti kencing manis dan tekanan darah tinggi, dapat memiliki gejala terkait penyakit penyerta tersebut (24%).


Pelajari lebih lanjut
  1. Susilo A, Rumende CM, Pitoyo CW, Santoso WD, Yulianti M, Herikurniawan, dkk. Coronavirus disease 2019: Review of current literatures. Jurnal Penyakit Dalam Indonesia. 2020;7(1):45–67
  2. WHO. Q&A on coronaviruses (COVID-19) [Internet]. 2020 [disitasi pada19 Maret 2020].
  3. Kemenkes. Pertanyaan dan Jawaban Terkait COVID-19.[Internet][disitasi pada 20 Maret 2020]
  4. Andersen KG, Rambaut A, Lipkin WI, Holmes EC, Garry RF. The proximal origin of SARS-CoV-2. Vol. 26, Nature Medicine. Nature Research; 2020. p. 450–2.
  5. WHO. Novel coronavirus (2019-nCoV) [video di internet]. 2020 Jan 31.
  6. Greenhalgh T. COVID-19: A remote assessment in primary careBMJ. 2020;368:m1182. doi: https://doi.org/10/1136/bmj.m1182






Terakhir diubah: Jumat, 30 Juni 2023, 21:07